BERITA ONLINE TERVIRAL

Daftar Hewan dan Tanaman yang Terancam Musnah karena Krisis Iklim

Oleh : AR Lubis    Editor : Redaksi    Kamis, 27 April 2023 - 18:02 WIB    Banda Aceh

Daftar Hewan dan Tanaman yang Terancam Musnah karena Krisis Iklim

Daftar Hewan dan Tanaman yang Terancam Musnah karena Krisis Iklim

Bagikan informasi Beritanya Via :
Bagikan informasi Beritanya Via :

0:00

FANEWS.ID – Krisis iklim dan pemanasan global berpotensi mengubah kehidupan banyak makhluk di Bumi. Simak daftar dampak kedua hal tersebut berikut ini.

Suhu dalam delapan tahun terakhir menjadi yang terpanas dalam sejarah. Meningkatnya konsentrasi polusi yang memanaskan planet membuat dunia meluncur menuju titik kritis iklim yang tidak dapat diubah.

Akibatnya, beberapa spesies dan ekosistem yang paling ikonik mungkin tidak lagi dapat diselamatkan. Dilansir CNN Indonesia, paling tidak ada 16 spesies dan lanskap yang berisiko hilang karena pemanasan global yang akhirnya mencairkan es di kutub Bumi dan meningkatkan permukaan air laut.

Spesies dan lanskap tersebut tersebar di hampir seluruh belahan dunia. Berikut daftar lengkapnya.

Panda

Panda hidup di hutan dan pegunungan di China. Menjadi simbol nasional negara tersebut, panda termasuk hewan yang rentan terhadap krisis iklim.

“Panda telah berada dalam masalah besar karena populasi mereka terisolasi dan kecil. Perubahan iklim bisa mengancam mereka dan membuat keadaan memburuk,” kata Profesor Ekologi Konservasi Duke University, Doris Duke.

Selain perubahan iklim, panda juga terancam karena perburuan liar dan habitat yang hancur.

Beruang Kutub

‘Saudara jauh’ Panda, beruang kutub juga terancam perubahan iklim. Es yang mencair karena perubahan iklim membuat beruang kutub kehilangan sumber makanan.

Beruang kutub tinggal di Kutub Utara tepatnya di lingkaran Arktik. Kawasan tersebut merupakan salah satu yang paling terdampak perubahan iklim.

Tercatat, suhu di lingkaran Arktik menghangat empat kali lebih cepat daripada wilayah lain di Bumi. Peningkatan suhu itu membuat lapisan es dan gletser mencair dan meningkatkan permukaan air laut.

Kopi Arabika

Bukan hanya hewan, sejumlah tanaman seperti kopi pun tak luput dari perubahan iklim. Salah satunya bisa dilihat di daerah Minas Gerais, Brasil yang merupakan wilayah penghasil kopi terbesar di dunia.

Jika suhu global meningkat, jumlah lahan yang pas untuk menanam kopi di Minas Gerais bisa menyusut dari 70 persen ke 20 persen. Selain di Minas Gerais, sejumlah daerah produsen kopi dunia seperti Vietnam, Indonesia, dan Kolombia juga terdampak perubahan iklim.

Baca Juga Artikel Beritanya:  Kadis Muslem Sambut Kepulangan 3 Nelayan Aceh Yang Terapung Di Lautan Lepas

Peningkatan temperatur dapat menyusutkan wilayah terbaik untuk menanam kopi sebanyak 50 persen pada 2050.

Pohon Baobab Madagaskara

Peningkatan suhu dapat secara signifikan mengurangi habitat beberapa spesies baobab Madagaskar pada akhir abad ini. Studi terbaru lainnya memperkirakan bahwa spesies baobab yang paling tersebar luas di Madagaskar akan kehilangan lebih dari 40% habitatnya karena perubahan iklim.

“Baobab adalah spesies kunci, yang berarti semua spesies lain ini bergantung padanya,” kata Kristina Douglass, associate professor di Columbia Climate School.

“Kami sering berpikir bahwa 1 derajat [dari] pemanasan terdengar seperti hal yang sangat kecil, tetapi itu sebenarnya cukup untuk mengubah ekosistem menjadi keadaan yang benar-benar berbeda.” katanya.

Kupu-kupu Raja Meksiko

Selama bertahun-tahun, para pakar menemukan perubahan iklim ternyata mengubah dramatis kebiasaan kawin dan pola migrasi kupu-kupu raja Meksiko. Akibatnya, ada penurunan signifikan dalam populasi hewan tersebut.

Selain itu kekeringan, embun beku, dan panas di seluruh benua membunuh milkweed, sumber makanan kupu-kupu raja, dan mengurangi habitatnya.

“Saat ini di Meksiko, kita sedang menyaksikan dampak perubahan iklm,” kata Eduardo Rendon-Salinas, Kepala Program Kupu-kupu Raja WWF Meksiko.

Harimau Bengal

Habitat Harimau Bengal di India dan Bangladesh tepatnya di daerah Sundarbans terancam oleh perubahan iklim karena hanya berada beberapa kaki di atas permukaan laut. Selain itu, daerah habitatnya juga sering dihantam badai dan siklon.

Peningkatan air laut pun mengancam habitat harimau bengal. Pasalnya, air asing merusak tanaman dan menghilangkan sumber makanan hewan buruan harimau tersebut.

“Kecuali ada perubahan signifikan, kita mungkin akan kehilangn salah satu habitat utama harimau bengal,” kata Sharif Mukul, associate professor United International University Bangladesh.

Great Salt Lake

Danau Great Salt di Amerika Serikat berpotensi hilang dalam lima tahun ke depan karena perubahan iklim. Pasalnya, kondisi danau itu sangat kritis akibat penggunaan berlebihan dan kekeringan yang terjadi.

Baca Juga Artikel Beritanya:  Donor Darah ASN Pemerintah Aceh Berlanjut

Danau Great Salt saat ini telah memasuki “wilayah yang belum dipetakan”, menurut laporan yang mengerikan baru-baru ini. Itu setelah danau tersebut kehilangan lebih dari 70% airnya dan mengekspos 60% dasarnya.

Sungai Colorado

Selain Great Salt, Sungai Colorado terancam kehilangan airnya. Padahal, Sungai ini menyuplai air ke 40 juta orang dan mengairi lebih dari 5 juta hektar lahan pertanian di AS.

Sungai Colorado memiliki Bendungan Hoover (Hoover Dam) dan danau buatan manusia, Lake Mead. Danau Mead merupakan reservoir air buatan manusia terbesar yang menjadi sumber tenaga Hoover Dam.

Namun saat ini, kondisi danau tersebut memprihatinkan. Pasalnya, danau itu tengah berada di titik terendah sejak diisi air pada 1930an.

“Jika kita terus melihat temperatur yang kering dan panas seperti ini, kita bisa memprediksi adanya sungai besar yang hilang,” kata Direktur Kyle Center for Water Policy Arizona State University, Sarah Porter.

Burung Puffin Atlantik

Burung Puffin Atlantik merupakan salah satu hewan penghuni Islandia. Para pakar menemukan, kehidupan burung ini terancam oleh peningkatan suhu air laut.

Pasalnya, suhu air yang meningkat akan menghilangkan ikan yang menjadi sumber makanan mereka. Alhasil, burung puffin harus terbang lebih jauh untuk mencari makanan.

Selain peningkatan suhu air laut, burung puffin juga terancam karena polisi dan penangkapan ikan yang berlebihan.

Pulau-pulau Kecil di Pasifik

Peningkatan level air laut berpotensi menenggelamkan pulau-pulau kecil di Samudra Pasifik. Bukti nyata sudah terlihat di Kiribati, yang terdiri dari 33 pulau kecil.
Banyak penduduk di wilayah tersebut mengungsi dan terpaksa meninggalkan rumah karena pulau yang berpotensi tenggelam.

“Kita sedang melihat kehidupan laut tidak lagi ada, pemutihan karang, peningkatan air laut yang mencapai permukaan, dan sungai yang kering,” kata Itinterunga Rae Bainenti dari Kiribati Climate Action Network.

Kepiting Salju

Kepiting salju tumbuh subur di perairan dingin. Namun saat krisis iklim memanaskan lautan dan menyusutkan es laut, jumlahnya menurun drastis. Populasi kepiting salju menyusut dari sekitar 8 miliar pada 2018 menjadi hanya 1 miliar pada 2021.

Baca Juga Artikel Beritanya:  Ex Wamenkeu Hingga Mantan Dirut PLN Dipanggil KPK, Soal LNG?

Penurunan yang mengejutkan kemungkinan akan berdampak kepada seluruh ekosistem laut, serta memberikan pukulan berat bagi perikanan yang bergantung kepada kepiting tersebut.

Salju Pengunungan Alpen

Peningkatan temperatur di Pegunungan Alpen menghilangkan salju di daerah tersebut. “Salju dalam beberapa tahun terakhir benar-benar menghilang,” kata Pakar Ekologi Hutan University of Padova, Marco Carrer.

Salju yang masih menutupi Alpen kini hanya tahan kurang dari satu bulan daripada rata-rata biasanya. Penurunan itu merupakan yang terparah dalam 600 tahun terakhir.

Gletser Thwaites Antartika Barat
Gletser Thwaites di Antartika Barat dijuluki gletser “Kiamat” karena punya dampak luar biasa kepada permukaan laut global.

Ini adalah gletser terluas di dunia sekaligus salah satu gletser dengan perubahan tercepat. Para ilmuwan memperingatkan bahwa Thwaites seukuran Florida bertahan “dengan kukunya” saat lautan menghangat dan es mencair.

Karang Staghorn Laut Karibia

Karang Staghron terancam punah karena laut yang memanas serta pemutihan karang yang meluas. Pemutihan karang adalah saat ketika karang yang tertekan panas melepaskan alga yang hidup di jaringannya sementara pengasaman memperlambat pertumbuhan karang tersebut.

Ini masalah bagi terumbu karang di seluruh dunia karena polusi bahan bakar fosil yang menghangatkan planet mendorong suhu lautan lebih tinggi.

Pada tahun 2021, para ilmuwan menemukan bahwa luas global karang hidup telah berkurang setengahnya sejak tahun 1950-an karena perubahan iklim, penangkapan ikan berlebihan, dan polusi.

Penyu Hijau

Jenis kelamin penyu tergantung dari temperatur pasir tempat telur menetas. Temperatur pasir yang lebih hangat akan cenderung menghasilkan penyu betina.

Menurut penelitian tahun 2018, lebih dari 99% penyu muda yang ditemukan di pantai di bagian utara Great Barrier Reef, Australia adalah betina. Hal serupa ditemukan pada setiap penyu yang lahir di Florida AS dalam empat tahun terakhir. (*)

Sumber : CNN Indonesia

Baca Juga

News

Peringati Harla ke-2, Eks Tri Matra Aceh: Personil Harus Tetap Jaga Silaturahmi

News

Pengurus PWI Aceh Terperangkap Longsoran Lumpur di Lintas Galus-Agara

Teknologi

Viral Virus di M-Banking BCA, Ahli Siber Akui Potensi Penipuan APK

News

Jalan Cut Mutia Mulai ditutup Sementara Sejak 15 November 2023

Nasional

Ketum FKBPPPN Minta Dirjen Tak Langgar UU Konstitusi

News

Perdana, Wujudkan Ekoeduwisata di Puncak Sigantang Sira, RASTIK Aceh Pasang Barcode di Sejumlah Pohon

News

FA News Terima Penghargaan Ombudsman RI Perwakilan Aceh

Daerah

Hadirkan Fitur Top Up Pengcard, Makin Mudah Dengan Action Bank Aceh