FANEWS.ID – Sejumlah tokoh Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah mengaku resah dengan keberadaan hewan berbadan besar yakni gajah, karena gajah liar dapat merusak tanaman dan berujung pada maut dan dalam bekerja di kebun pun tidak nyaman.
“Sudah lelah kami sampaikan persoalan ini ke pihak terkait terutama ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh,” ujar Reje Negri Antara, Bener Meriah, Riskan, di Kantor Walhi Aceh, di Banda Aceh.
Dikatakan, sudah 13 tahun dirasakan masyarakat Negeri Antara berkonflik dengan gajah, hingga saat ini belum berhasil digiring ke tengah hutan gajah gajah tersebut.
“Bahkan ketika pagi hari gajak sudah berada di lingkungan sekolah dan membuat anaka anak takut,” jelasnya.
Dikatakan, dari ketakutan dan kecemasan orangtua, akhirnya, ada orang tua yang tidak mengantar anaknya ke sekolah.
“Bagaimana kami mau majukan pendidikan, ke sekolah anak-anak kami masih belum aman dan nyaman,” jelasnya.
Diakuinya, ketika dirinya kecil dulu tidak pernah terjadi konflik gajah dan manusia, dan bahkan sekarang gajah masuk kampung tidak mau keluar lagi.
Dikatakan, banyak petani yang sudah meninggalkan kebun dan bekerja sebagai buruh di perusahaan sawit namun jauh dari lokasi tinggal atau harus merantau lagi ke daerah lain.
“Untuk gaji sebagai buruh berapa lah yang bisa kami peroleh,” jelasnya.
Dulu, kata dia, 90 persen masyarakat petani namun sekarang hanya tinggal 10 persen lagi yang bertani itu pun di perkarangan rumah.
Kata dia, ada petugas BKSDA Aceh akan melakukan penggiringan gajah ke tengah hutan, dan waktunya hanya 7 hari dari izin yang diberikan. Namun belum berhasil penggiringan gajah surat tugas pun sudah habis masa.
“Bahkan hingga saat ini truk BKSDA Aceh masih tertinggal di sana sudah ditumbuhi rumput,” jelasnya.
Dikatakan, warga yang bekerja di sebagai buru perusahaan bukan berada di Negri Antara namun lokasinya jauh dari tempat tinggal dan butuh waktu untuk perjalanan.
Mukim Datu Derakal Pintu Rime Gayo, Bener Meriah Syahrial Abadi menyampaikan selama ini tidak ada yang menjembatani dan mengaku ke siapa. Dan dulu lingkupnya kecil sekarang sudah menjadi besar.
“Kami berharap ada instansi yang menangani,” ujarnya.
Dikatakan, beberapa kerugian rumah yang hancur, bekerja tidak bisa dan semakin stres karena anak anak tidak bisa sekolah.
“Semoga persoalan ini bisa tertangani, kalau tidak kami akan datang lebih besar lagi anggota kami,” jelasnya.
Diakuinya, tidak ada yang disalahkan namun ini untuk kepentingan masyarakat bukan pribadi, dan semoga saja tidak terjadi lagi persoalan gajah dengan manusia.
“Apabila beberapa bulan tidak juga terealisasi dalam penggiringan gajah maka kami anggap pemerintah tidak peduli kepada warga kami,” ungkapnya. (red/InfoPublik)