FANEWS.ID – Fenomena alam terjadi di sepanjang aliran sungai Aceh Tamiang, di kawasan Titi Kuning, Desa Alur Manis, Kecamatan Rantau. Ribuan ikan dan udang-udangan mengapung sehingga mengundang banyak orang untuk mengambilnya.
Belum diketahui penyebab yang membuat biota air tawar ini muncul ke permukaan air tersebut.
Informasi diperoleh HabaAceh.id, pada pukul 08.00 WIB, Titi Kuning atau jembatan Rantau ramai dikerumuni orang baik dari warga sekitar maupun pengendara yang melintas. Kondisi itu sempat membuat jalanan padat merayap.
Kerumunan orang itu sengaja berhenti di Titi Kuning yang merupakan jalur alternatif provinsi, hanya sekadar untuk melihat orang menangkap ikan di Sungai Aceh Tamiang.
“Tadi pagi penuh orang di Titi Kuning itu, sampai payah orang mau lewat. Mereka nonton orang cari ikan, karena banyak ikan dan udang gala tiba-tiba mengapung,” kata Zulfikar (50), warga Seruway.
“Memang air sungai beberapa hari ini di Seruway (hilir) keruh sekali. Informasinya pengaruh banjir bandang dari hulu kemarin,” ujar pria yang akrab disapa Adek Doles ini.
Pagi itu Doles dari Seruway hendak pergi ke ibu kota Karang Baru. Ia mengaku sengaja berhenti di jembatan mau melihat langsung ikan yang timbul di permukaan sungai. Cara warga menangkap ikan bervariasi, ada yang menggunakan jala, jaring seser, tanggok bahkan pakai wadah keranjang plastik.
“Banyak juga ikan yang ditangkap dari yang kecil hingga ikan besar, satu orang ada yang dapat dua ember. Kalau dilihat secara kasat mata, ikannya masih segar-segar bukan kena racun,” ujarnya.
Salah seorang pencari ikan, Sugeng (65), saat ditemui di lokasi jembatan menuturkan sengaja datang ke sungai setelah mendengar banyak ikan mengapung. Dia pun tertarik ikut turun ke sungai untuk mengambil ikan-ikan tersebut.
Pria asal Desa Rantau ini terlihat sudah melakukan persiapan dengan membawa jaring/tanggok ikan di sepeda motornya.
“Iya mau cari ikan juga, tapi saya terlambat datang ini. Tadi pagi katanya ramai banyak orang dapat ikan,” tuturnya.
Dari pantauan di atas jembatan, debit air sungai dangkal, tetapi tampak keruh bercampur lumpur. Hingga pukul 12.30 WIB, sejumlah warga masih asyik mencari ikan di area Titi Kuning menggunakan alat tradisional dan perahu sampan kayu.
Menurut Sugeng, fenomena ikan mengapung di sungai sudah terjadi sejak kemarin dari mulai Desa Sungai Liput, Kecamatan Kejuruan Muda. Warga di desa tersebut juga berbondong-bondong turun ke sungai menyeser ikan yang timbul.
“Awalnya dari Sungai Liput banyak ikan menggelepar. Informasinya karena ada banjir bandang dari hulu membuat air sungai tambah keruh,” ujar dia.
Selain karena air keruh, sebagian warga juga menduga ikan mengapung karena air sungai Aceh Tamiang sudah tercemar limbah industri pabrik kelapa sawit, yang beroperasi di wilayah hulu Aceh Tamiang.
“Mungkin ini tanda-tanda banjir bandang juga, biasanya tidak sekeruh ini air sungainya. Sebelumnya memang banyak tumpukan ranting kayu terbawa arus bersama air yang keruh,” ungkapnya.
Sementara itu segala jenis ikan hidup dan udang yang diangkat dari sungai dijajakan warga setempat di ujung jembatan Rantau. Banyak warga antre untuk membeli dengan harga yang terjangkau.
Adapun ikan yang ‘mabuk’ di sungai terpanjang di Aceh itu didominasi ikan baung, pating, wader, lemeduk hingga ikan sidat.
“Saya tadi beli udang kaki biru harganya Rp 35.000 per kilogram. Bisanya udang gala itu Rp150 ribu di pasar, rasa udangnya juga masih manis, ikannya juga segar karena kita tengok dari matanya masih bening,” kata seorang IRT dari Desa Simpang Empat Upah, Sumira (57).
Ikhwal air sungai keruh diduga akibat terjadi pencemaran lingkungan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Aceh Tamiang, Syurya Luthfi, belum berhasil dihubungi untuk dimintai keterangan. Konfirmasi wartawan via WhatsApp juga belum dibalas. (habaaceh/red)