FANEWS.ID – Bencana banjir di Aceh Utara terus meluas seiring itensitas hujan semakin tinggi di kawasan tersebut dan di kawasan Bener Meriah, yang awalnya hanya melanda tiga kecamatan, kini menjadi tujuh kecamatan.
Informasi yang diperoleh, banjir meluas akibat meluapnya empat sungai masing-masing Krueng Keureuto, Krueng Pirak, Krueng Pase dan Krueng Peuto. Sedangkan Kecamatan yang terendam, Matangkuli, Tanah Luas, Sawang, Syamtalira Aron, Samudera, Pirak Timu dan Geureudong Pase.
Namun demikian sejumlah pemukiman di beberapa gampong di Kecamatan Matangkuli mulai surut sejak Selasa (10/10/2023) namun belum turun drastis dan masyarakat masih tetap waspada karena hujan masih melanda di kawasan Bener Meriah.
“Hanya turun beberapa sentimeter, namun warga masih bertahan di lokasi aman , seperti meunasah-meunasah atau tempat yang lebih tinggi, dan beberada kampung yang terendam banjir dengan ketinggian hingga 1 meter harus membangun dapur umum,” ucap M Nur, warga Matangkuli kepad anteroaceh.com.
Menurutnya, seperti biasa, masyarakat korban banjir sangat membutuhkan bantuan air bersih dan bahan makanan dan logistik lainnya.
Ia juga mengungkapkan, lazimnya kiriman banjir dari Kecamatan Matangkuli dan Pirak Timu akan menggenangi Kecamatan Lhoksukon dan sekitarnya.
“Air mulai surut, tapi warga tetap waspada karena curah hujan masih tinggi di dataran tinggi Bener Meriah, dan di kawasan kita masih mendung dan hujan-hujan kecil,” tambahnya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, mengatakan data sementara rumah yang terendam banjir mencapai 4,4 ribu unit lebih di 73 gampong dalam tujuh kecamatan.
“Banjir sudah meluas ke tujuh kecamatan dengan ketinggian air rata-rata 20 sampai 100 sentimeter, untuk lokasi pengungsian ada tujuh titik dengan jumlah pengungsi mencapai 2.158 jiwa, sedangkan jumlah korban terdampak mencapai 14 ribu jiwa lebih,” ungkap Mulyadi.
Pihaknya terus melakukan upaya-upaya membantu masyarakat yang terdampak banjir, seperti membantu distribusi bantuan untuk daerah-daerah terisolir, seperti di kecamatan terparah Matangkuli. (sumber: antero)