Bireuen,(Fanews.co)•Sekitar 800 guru bersertifikat jenjang SMA, SMK, dan SLB dari seluruh Kabupaten Bireuen mengikuti Seminar Nasional “The Power of Teaching” yang digelar di Universitas Islam Aceh. Acara ini dibuka oleh Kepala Cabang Dinas (Kacabdin) Pendidikan Wilayah Bireuen, Abdul Hamid, S.Pd., M.Pd.
Namun, di balik gelaran yang tampak megah tersebut, dikutip dari media lintasnasional.com/https://newsataloen.com.
Sejumlah peserta menyampaikan kekecewaan mendalam, terutama soal kewajiban membayar biaya pendaftaran sebesar Rp250.000 per orang. Salah satu guru peserta menyebutkan bahwa keikutsertaan dalam acara ini terkesan dipaksakan oleh pihak Kacabdin.
“Kami guru-guru di bawah naungan Kacabdin merasa tidak punya pilihan. Mau tidak mau harus ikut. Kalau tidak ikut, bisa-bisa ada konsekuensinya,” ujar guru tersebut. Peserta hanya menerima air mineral kotak, snack, sertifikat, dan makan siang, tanpa absensi resmi dan fasilitas standar seperti tas seminar atau alat tulis.
Keterlibatan pihak ketiga bernama GRAPENSI dalam penyelenggaraan acara ini juga dipertanyakan. Tidak jelas apa rekam jejak lembaga ini dalam penyelenggaraan seminar pendidikan nasional, dan keterlibatan mereka juga tidak disosialisasikan secara terbuka kepada peserta sebelumnya.
Sejumlah guru mempertanyakan urgensi seminar ini dan menilai adanya indikasi komersialisasi kegiatan pendidikan berkedok peningkatan kompetensi. “Kami mendukung peningkatan mutu guru, tapi jangan dengan cara memaksa dan membebani kami. Ini bukan pengembangan profesional, ini pemaksaan terselubung,” tegas seorang peserta lainnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi resmi dari pihak Dinas Pendidikan Aceh maupun panitia penyelenggara terkait keluhan guru-guru tersebut. Guru-guru di Bireuen menuntut transparansi dan kejelasan terkait penyelenggaraan seminar ini.
Mereka berharap agar kegiatan pendidikan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya tekanan atau paksaan, dan pihak terkait dapat segera memberikan klarifikasi dan menyelesaikan polemik ini dengan baik.