BERITA ONLINE TERVIRAL

Ini Kata Bankir Senior Soal Tolok Ukur Bank Sukses dalam Transformasi Digital Irawati

Oleh : AR Lubis    Editor : Redaksi    Minggu, 1 September 2024 - 14:36 WIB    Banda Aceh

Bagikan informasi Beritanya Via :
Bagikan informasi Beritanya Via :

0:00

Bankir Senior, Krisna Wijaya dalam acara Growth Summit (Foto: Zulfikar)

FA News.ID, Jakarta – Bankir Senior Krisna Wijaya mengatakan bahwa  tolok ukur perbankan berhasil dalam transformasi digital adalah seberapa banyak nasabah dalam menggunakan aplikasi digital atau Super Apps dari bank tersebut.

“Asal ada (aplikasi digital) tapi belum tentu digunakan, asal mengatakan bahwa saya di market sudah digital. Saya tidak akan sebut banknya,” ujar Krisna dalam acara Growth Summit 2024 yang diselenggarakan Moengage dan Infobank Digital di Jakarta, Kamis, 29 Agustus 2024.

Baca Juga Artikel Beritanya:  Ramadhan Mempererat Ukhuwah dan Menguatkan Tekad Membangun Daerah

Krisna menjelaskan, di negara-negara maju hal tersebut dapat dikorelasikan dengan harga saham bank tersebut di pasar modal.

“Saya bisa lihat korelasi bahwa negara-negara maju juga sudah melihat bahwa bagaimana dia menilai harga saham yang ada di pasar modal, yang terkait dengan apakah ide-ide bankir ini original dan men-create. Dan dia bisa lihat dari semua perusahaan publik melakukan itu,” jelasnya.

Di samping itu, Krisna juga menyebut sejumlah alternatif agar industri perbankan dapat menumbuhkan kesadaran digital.

Baca Juga Artikel Beritanya:  Sekda Dampingi Kunker Komisi IX DPR RI ke RSUDZA

Pertama, Sumber Data Manusia-nya (SDM), yang membutuhkan pengetahuan dan pelatihan, kepedulian dan rasa memiliki perusahaan. Kedua, teknologi informasi harus dipahami bahwa sistem dapat diretas “dirusak” atau dicuri.

“Untuk itu, pastikan risiko kerja sama dengan pihak ketiga berdampak minimal,” ujar Krisna.

Ketiga, kata Krisna terkait dengan organisasi dalam mengelola serta menghindari ketidak jelasan tugas dan tanggung jawab. Penting halnya agar menghindari perubahan struktur organisasi yang terlalu sering.

Keempat, regulasi internal di mana masih adanya peraturan internal yang “tumpang tindih” yang berpeluang saling bertentangan.

Baca Juga Artikel Beritanya:  Tingkatkan Penerapan Keterbukaan Informasi Publik dan Potensi Gampong, Diskominfo Aceh Gelar Pertemuan KIG

Kelima, strategi transformasi, banyak kegagalan transformasi terjadi yang disebabkan strategi trans-formasi yang kurang jelas.

Keenam, lack of knowledge yaitu inovasi teknologi yang semakin cepat dan persaingan yang ketat diperlukan pelatihan yang berkesinambungan.

Ketujuh, comfort zone syndrome, rutinitas semua jajaran manajemen dan karyawan bank merasa bahwa bisnis model yang dimilikinya sudah memadai atau tidak ingin bertransformasi.

Terakhir, rigid leadership diperlukan untuk menumbuhkembangkan kepemimpinan yang kolaboratif, gesit, fleksibel dan memberdayakan ide serta gagasan para karyawannya secara optimal. (*)”

Baca Juga

Pemerintahan

Kukuhkan Kepengurusan MAA, Ini Pesan Bakri Siddiq

News

Gayo Lues Tanda Tangan MoU dengan Kejaksaan

Pemerintahan

Besok, Wali Nanggroe Dijadwalkan Tutup MTQ Aceh ke-36 di Simeulue

Pemerintahan

Penjabat Gubernur Hadiri Pembukaan Event IMT-GT di Kampus Unsyiah

Pemerintahan

Gubernur Lantik 11 Pejabat Eselon II di Lingkungan Pemerintah Aceh

Daerah

Rp3,40 triliun Dana Desa 2024 sudah tersalurkan di Aceh

Pemerintahan

Sekda Kota Langsa Serahkan SK 90 Guru PPPK

Aceh Besar

PGRI Aceh Besar Gelar Rapat Persiapan HUT ke-78 HGN