Ketua Umum Pengprov PBSI Aceh, H. Nahrawi Noerdin
Banda Aceh (fanews.id) — Bursa calon ketua umum PBSI kembali menjadi perbincangan hangat usai Moeldoko, yang merupakan salah satu kandidad kuat calon ketua umum menyatakan tidak akan ikut terlibat dalam bursa pencalonan.

Seperti diwartakan sebelumnya, mantan Panglima TNI yang saat ini menjabat sebagai Kepala Staf Kantor Kepresidenan itu dijagokan oleh sejumlah Pengprov dan penggiat bulutangkis untuk menduduki kursi ketua umum pada Munas PBSI November nanti.
Pernyataan Moeldoko tersebut tentu saja membuat peta persaingan para kandidat ketum cabang olahraga paling berprestasi ini menjadi berubah. Persaingan kini kian mengerucut setidaknya pada dua nama yaitu Aribowo, yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Pengprov PBSI Banten, dan Agung Firmansyah, yang saat ini menjabat sebagai ketua BPK RI.
Kedua calon ini mengklaim telah mengantongi dukungan dari sejumlah Pengprov dan siap untuk bersaing di bursa pemilihan ketua umum.
Ketua Umum Pengprov PBSI Aceh, H. Nahrawi Noerdin, kepada awak media mengatakan bahwa pihaknya mengapresiasi sikap yang diambil oleh Moeldoko.
“Beliau dalam pandangan kami bersikap sangat patriotik dan menunjukkan jiwa kenegarawan yang tinggi. Karena beliau tidak ingin mengurus organisasi olahraga paling berprestasi di tanah air ini secara ‘nyambi’,” kata Nahrawi di Banda Aceh, Kamis (22/10/2020).
“Beliau tidak ingin mengurus PBSI itu menjadi tugas sambilan dari tugas pokoknya yg sangat strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai prajurit beliau paham betul pentingnya fokus dalam setiap amanah yang diemban,” ungkapnya.
Menurut Nahrawi, sikap inilah yang mestinya diteladani oleh semua pejabat di tanah air dan juga kita semua. “Bahwa kita harus fokus dan total dalam mengemban tugas yg diberikan. Kita berterima kasih atas pelajaran yg ditunjukkan beliau,” sebutnya.
Ketika dimintai pandangan lebih lanjut tentang bagaimana harapannya terhadap PBSI mendatang dan ketua umum yang akan dipilih, pria yang biasa disapa Toke Awi pengusaha Aceh ini menyatakan bahwa Aceh tetap konsisten untuk memperjuangkan adanya reformasi di tubuh PBSI.
“Sejak awal kita memang menginginkan terjadinya regenerasi kepengurusan, dan reformasi kebijakan yg dapat mendorong peningkatan prestasi secara merata di seluruh tanah air,” katanya.
“Organisasi ini harus cepat melakukan penyesuaian dengan perkembangan bulutangkis dunia jika kita ingin tetap bertahan di tingkat elite dunia. Untuk itu dibutuhkan energi dan pemikiran baru yang bisa mensinergikan semua kekuatan untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi cabang ini,” tegas Nahrawi.
Dia mengungkapkan, prestasi Indonesia berada pada kelas dunia, maka pengelolaan organisasinya juga harus berkelas dunia. Maka, kata Dia, pemimpinnya harus paham betul bagaimana mengelola bulutangkis, dan harus fokus 100 persen untuk PBSI.
“Orangnya juga harus memiliki nasionalisme yang tinggi, sehingga berfikir Indonesia. Pengurus-pengurusnya harus yang berfikir bagaimana menghidupkan organisasi, bukan hanya berfikir hidup dari organisasi,” tegasnya lagi.
Nahrawi menyampaikan, PBSI ini adalah organisasi olahraga kebanggaan yang menjadi milik bersama. “Maka dalam pengelolaannya nilai-nilai olahraga harus lebih dominan dan dikedepankan daripada nilai-nilai politik. Itu harapan kita semua sebenarnya,” harap Nahrawi.
Nahrawi juga mengutarakan soal kandidat Ariwibowo yang didukung untuk menjadi Ketum PBSI. Dukungan, kata dia tersebut cukup beralasan.
“Kami belum cukup lama mengenal beliau. Tapi melihat bagaimana dia mendedikasikan diri dan all out dalam pengembangan bulutangkis, sudah cukup memberi gambaran bahwa beliau adalah salah satu figur yang dibutuhkan PBSI. Pengusaha muda, memahami manajemen organisasi, berdedikasi tinggi, nasionalismenya tinggi, dan bersikap terbuka,” ujar Nahrawi.
“Itu sudah memenuhi nilai-nilai profesionalisme yang dibutuhkan, dimana dalam mengelola organisasi makna sportifitas, akuntabilitas, dan transparansi sangat dijunjung tinggi. Karenanya Aceh tetap berkomitmen dan konsisten mendukung Aribowo untuk PBSI satu,” tutup H. Nahrawi.