Oleh Arif Arham/Kabag Pemberdayaan Zakat
Bagaimana membuat agar orang tidak miskin? Saya tidak tahu. Tapi, izinkan saya mencari tahu dengan melihatnya dari pengalaman pribadi.
Saat saya pindah ke Jogja usai SMA, yang pertama saya lakukan sesampai di sana adalah memastikan bahwa saya dapat beradaptasi dengan makanan yang tersedia di pasaran. Dengan begitu, kebutuhan makanan terpenuhi. Lalu, saya butuh tempat tinggal. Kamar kos 3×3 meter sudah cukup. Terakhir, saya memastikan agar diterima di perguruan tinggi. Semua biaya tiga kebutuhan saya itu ditanggung orang tua.
Dari sini, dapatlah saya ketahui bahwa kebutuhan dasar saya usai tinggal jauh dari kampung halaman adalah makanan (food), tempat tinggal (shelter), dan pendidikan (education).
Nah, apakah tiga kebutuhan dasar saya juga dibutuhkan oleh semua orang? Entahlah. Namun jika mau berhipotesis, jawaban “tidak” menunjukkan bahwa pengalaman pribadi ini tidak berarti apa-apa untuk membantu mencari tahu apa yang membuat orang agar tidak miskin. Jika sebaliknya, dapatlah dirumuskan bahwa tiga kebutuhan dasar tersebut mestilah terpenuhi untuk setiap orang.
Sekarang, mari kita lihat pengalaman warga kota kecil Dauphin, Provinsi Manitoba, Kanada. Selama 1974-1979, pemerintah memberi bantuan uang tunai kepada warga yang berada di bawah garis kemiskinan sehingga mereka mampu membeli makanan, membayar listrik/sewa untuk tempat tinggal, dan menyekolahkan anak-anak. Singkat cerita, para ahli menemukan beberapa tahun sesudahnya bahwa penduduk Dauphin menjadi lebih sejahtera.
Buat apa memberi uang tunai? Jangan-jangan, orang jadi miskin karena malas. Dari pengalaman warga Dauphin, pernyataan itu tidak tepat. Mereka sudah bekerja keras, bukan malas, namun masih tak mencukupi untuk biaya hidup sehari-hari. Ibarat komputer dengan RAM 2GB yang tak cukup kuat menjalankan Firefox untuk memutar Youtube HD. Layar akan “hang”. Laptop saya begitu. Saya tak perlu menggantinya dengan peramban yang lebih ringan atau membeli paket data besar karena solusinya bukan itu. Yang perlu dilakukan adalah menambah RAM.
Para ahli juga menjelaskan bahwa saat seseorang kekurangan uang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, IQ-nya bisa berkurang. Di Jogja, beberapa kali persediaan uang saya menipis sebelum bulan baru tiba. Itu membuat saya tidak konsentrasi belajar atau mengerjakan hal lain. Saya sibuk menyiasati agar koin-koin seratus rupiah bergambar karapan sapi yang sering saya masukkan dalam kaleng susu-kental-manis bekas bisa mencukupi kebutuhan makan di akhir bulan. Yang saya butuhkan agar kembali cerdas adalah kiriman uang dari Bapak.
Oleh sebab itu, mungkin, yang dibutuhkan agar orang tidak berada di bawah garis kemiskinan adalah uang tunai. Dengan itu, mereka bisa memenuhi kebutuhan dasar, yakni makanan, tempat tinggal, dan pendidikan. Jika pekerjaan mereka tak cukup menghasilkan pendapatan untuk itu, maka bantuan orang lain, dari zakat misalnya, akan sangat membantu.[]