”
Banda Aceh – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala (FEB USK) menggelar kuliah umum bersama Kepala Bank Indonesia Provinsi Aceh Achris Sarwani, di Aula Fakultas Ekonomi Bisnis, Rabu (19/1/2022).
Kuliah umum yang bertemakan “Membangun Ekonomi Aceh Melalui Implementasi Ekonomi dan Keuangan Syariah” ini diikuti oleh Dekan FEB, Wakil Dekan, Sekretaris Jurusan, para Dosen, para Mahasiswa, serta para tamu undangan baik yang hadir secara luring maupun daring.
Kegiatan tersebut dibuka oleh Dekan FEB Unsyiah, Prof. DR. Faisal, SE, M.Si, MA. Terlaksananya kegiatan ini merupakan rangkaian dimulainya kembali kegiatan perkuliahan mahasiswa secara tatap muka, pertama sejak pandemi covid-19 yang melanda seluruh dunia. selama ini aktivitas perkuliahan dilakukan melalui daring.
Lebih lanjut, Prof. DR. Faisal, SE, M.Si, MA juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Bank Indonesia Provinsi Aceh, Achris Sarwani, yang telah meluangkan waktunya untuk dapat menjadi narasumber tunggal pada kuliah umum ini serta berharap kepada para mahasiswa untuk dapat mengikuti kegiatan ini dengan seksama hingga selesai.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Aceh Achris Sarwani memaparkan, Perkembangan dan prospek perekonomian Aceh dan Nasional, secara umum, pertumbuhan ekonomi Aceh mulai mengalami pertumbuhan kendati masih di bawah pertumbuhan ekonomi Sumatera dan Nasional, jika dilihat dari sisi Lapangan Usaha (LU) didorong oleh Perdagangan dan Transportasi dan Pergudangan, sedangkan sisi Pengeluaran didorong oleh konsumsi rumah tangga dan ekspor. Hal ini sejalan dengan membaiknya kinerja komoditas ekspor Provinsi Aceh.
Bahwa inflasi Aceh pada tahun 2021 (2,24% yoy) relatif lebih terjaga jika dibanding tahun sebelumnya kendati masih berada di atas inflasi nasional (1,87% yoy). Komoditas bahan makanan (volatile food) masih menjadi penyumbang utama inflasi di Aceh, yang diantaranya adalah komoditas minyak, ikan tongkol, cabai merah, cumi-cumi, dan bawang merah, imbuhnya.
“Mengenai defisit neraca perdagangan antara Aceh dengan daerah lain diluar Aceh yang terus mengalami peningkatan sejak tahun 2010 (defisit Rp16,85 T) hingga saat ini (defisit Rp44,5 T), salah satu sumber defisit adalah komoditas pangan strategis diantaranya bawang merah, bawang putih, daging sapi, telur ayam ras dan gula pasir.”
Tentunya Bank Indonesia mengajak seluruh pihak terkait dan stakeholder untuk mulai mencari solusi yang tepat, guna defisit neraca perdagangan antar daerah tersebut terus-menerus mengalami pengurangan serta memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi perekonomia Aceh ke depannya, ujarnya.
Berbagai indikator yang menunjukkan adanya arah perbaikan baik dari survey yang dilakukan oleh Bank Indonesia seperti survei konsumen dan survei kegiatan dunia usaha ataupun indikator makro seperti harga komoditas global (kopi, batu bara, sawit) dan proyeksi pertumbuhan ekonomi global, Bank Indonesia Provinsi Aceh memperkirakan pertumbuhan ekonomi Aceh berada di atas 4% (yoy) di tahun 2022, tutupnya.
Kuliah umum yang berlangsung selama kurang lebih 2 (dua) jam langsung mendapat antusiasme dari para peserta yang hadir dengan menanyakan beberapa pertanyaan yang diberikan kepada Kepala Bank Indonesia Provinsi Aceh.
Dekan FEB Unsyiah, Prof. DR. Faisal, SE, M.Si, MA mengapresiasi kuliah umum ini.kami berharap kegiatan ini mampu membawa pemahaman baru tentang pertumbuhan ekonomi Aceh dan Indonesia secara umum, tutupnya.”