FANEWS.ID – Dua unit dum truk yang digunakan mahasiswa untuk memindahkan Rohingya dari gedung Balee Meuseuraya Aceh (BMA), ke Kanwil Kemenkumham Aceh pada Rabu (28/12) masih menjadi tanda tanya.
Koordinator lapangan, T. Warija Arismunandar, mengklaim Sewa truk yang mereka bawa tersebut merupakan hasil patungan antar sesama mahasiswa sebelum melaksanakan aksi.
Menurut Warija, dari uang terkumpul sebanyak Rp 2,8 juta kemudian digunakan untuk sewa satu truk, satu mobil pikap, dan sound yang digunakan untuk berorasi. Sedang satu truk lainnya merupakan hasil pinjaman sesama mahasiswa.
“Sewa Dua truk, satu dari kawan. Sebelum aksi, ada konsolidasi dimana kita kumpulkan uang dari presiden mahasiswa, korda dan teman-teman lain,” kata Warija.
Diketahui aksi pemindahan paksa terhadap etnis Rohingya itu dilakukan oleh sekitar 400 mahasiswa, lalu berkurang setengahnya setelah aksi demonstrasi di halaman kantor Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA).
Mereka tergabung dari beberapa kampus swasta di Banda Aceh yakni universitas Abulyatama, Universitas Muhammadiyah Aceh, sekolah tinggi Alwasliah, universitas bina bangsa Getsempena, politeknik Indonesia Venezuela, STAI Nusantara, dan Sekolah Tinggi Pante Kulu.
Dari balik aksi tersebut, Warija membantah terkait isu tentang aksi mereka ditunggangi pihak lain.
“Enggak, aksi kemarin ini real dari mahasiswa, kita membantah,” ujarnya.
Warija juga mengatakan aksi joget-joget yang dilakukan beberapa mahasiswa di kantor Kanwil Kemenkumham, setelah mereka berhasil memindahkan pengungsi Rohingya dari BMA hanya aksi mengamen semata
“Itu kan massa yang berjoget itu awal mulanya kita belum makan malam, jadi kita inisiatif untuk ngamen sama bang-abang polisi. Jadi kita bukan cuma minta, tapi ada kerjanyalah,” tutupnya.(red/habaaceh)