Banda Aceh (Fanews.co) – Pernahkah Anda membayangkan, di tengah riuhnya dunia yang penuh dengan berita konflik, sebuah kisah kedamaian justru muncul dari tanah yang pernah dilanda perang? Aceh, dengan sejarah panjangnya yang penuh liku,kini menghadirkan secercah harapan.Bukan tentang amarah yang membara, bukan barikade yang menghadang,melainkan uluran tangan seorang Kapolda, Aceh Brigjen Pol Marzuki Ali Basyah menyambut mahasiswa dengan kehangatan jiwa di depan Pintu Gerbang Machdum Sakti.
Pintu gerbang,bukan sekadar bangunan bersejarah, melainkan saksi bisu perjalanan panjang Aceh, simbol kekuatan, ketabahan, dan semangat pantang menyerah masyarakatnya. Mari kita simak kisah tentang Marzuki Ali Basyah, Kapolda Aceh yang memiliki tekad membaja, yang memilih untuk merajut ukhuwah daripada membangun tembok pemisah, sebuah cerminan dari semangat perdamaian yang telah lama bersemi di bumi Serambi Mekkah.
Jumat itu, 29 Agustus 2025, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Solidaritas Rakyat Aceh, dengan membawa spanduk bertuliskan aspirasi dan seruan perdamaian, berjalan kaki menuju Mapolda Aceh. Mereka tidak membawa senjata, tidak pula berteriak dengan nada ancaman. Yang ada hanyalah semangat untuk menyampaikan suara, dengan cara yang santun dan bermartabat, sebuah tradisi luhur yang telah lama dijunjung tinggi oleh masyarakat Aceh. Aksi unjuk rasa damai ini menjadi wadah bagi para mahasiswa untuk menyuarakan kepedulian mereka terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di Jakarta, sekaligus menunjukkan bahwa Aceh tetap menjadi garda terdepan dalam menjaga nilai-nilai perdamaian.
Namun,ada yang berbeda.Bukan barisan polisi yang menghadang dengan tameng dan pentungan, melainkan seorang Kapolda Aceh yang menyambut mahasiswa dengan senyum dan sapaan hangat di depan Pintu Gerbang Machdum Sakti. Marzuki Ali Basyah, ia,memilih untuk membuka dialog,mendengarkan aspirasi, dan merajut ukhuwah dengan para mahasiswa,sebuah langkah yang mencerminkan kearifan lokal dan semangat gotong royong yang telah lama menjadi ciri khas masyarakat Aceh.
Di bawah naungan Pintu Gerbang Machdum Sakti, semangat persatuan dan kesatuan semakin terasa, mengingatkan semua pihak akan pentingnya menjaga perdamaian dan keharmonisan.Aksi tersebut diikuti oleh sekitar 50 mahasiswa yang berasal dari berbagai perguruan tinggi, seperti Unmuha, Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala (USK), dan UIN Ar-Raniry. Mereka berkumpul di pintu gerbang Mapolda Aceh untuk menyampaikan aspirasi dengan damai.
Dalam suasana yang penuh kehangatan,ia menyambut langsung para mahasiswa dengan sikap bersahabat,membuka dialog dengan ucapan salam dan menyampaikan rasa syukur atas kepedulian generasi muda terhadap isu-isu kebangsaan, sebuah tindakan yang menunjukkan bahwa aparat keamanan dan masyarakat Aceh dapat bersinergi dalam menjaga kedamaian dan keadilan.
Menyampaikan, “Alhamdulillah, adik-adik sudah datang ke tempat kami untuk menyampaikan aspirasi. Saya memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada adik-adik semua yang masih peduli terhadap kejadian di Jakarta. Kami juga berterima kasih karena adik-adik mahasiswa telah menyampaikan aspirasi dengan cara yang baik, tertib, dan damai. Inilah wujud demokrasi yang sehat.” Kata-kata beliau mencerminkan komitmen yang tak tergoyahkan untuk mendukung aspirasi mahasiswa, sekaligus menegaskan bahwa Aceh adalah daerah yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan kebebasan berekspresi.
Bahwa menyampaikan pendapat adalah hak yang dilindungi oleh undang-undang. Namun, beliau juga mengingatkan pentingnya menyampaikan aspirasi dengan cara yang santun, tertib, dan sesuai dengan koridor hukum yang berlaku,sebuah pesan yang relevan dengan konteks Aceh yang memiliki sejarah panjang dalam menjaga ketertiban dan keamanan. Sikap mahasiswa Aceh yang mengedepankan kedamaian dalam menyampaikan aspirasi menjadi contoh positif yang patut diikuti oleh semua pihak, sebuah bukti bahwa generasi muda Aceh memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga perdamaian dan keharmonisan.
Melalui pendekatan humanis yang menyentuh hati, dedikasinya yang tulus untuk senantiasa membuka diri, mendengarkan suara masyarakat, termasuk para mahasiswa, sebuah tindakan yang mencerminkan kepemimpinan yang bijaksana dan berorientasi pada kepentingan rakyat,dan berharap agar sinergi yang solid antara aparat keamanan dan rakyat dapat terus dipererat, demi menjaga kedamaian dan keadilan di Bumi Serambi Mekkah.