FANEWS.ID – Majelis Pengkajian Tauhid Tassawuf Indonesia (MPTT-I) kembali menggelar kegiatan peringatan Maulid Nabi Muhammad SWA di Pusat MPTT-I Dayah/Pesantren Darul Ihsan Al Waliyah, Desa Pawoh, Kecamatan Labuhanhaji, Kabupaten Aceh Selatan.
Acara tersebut dilaksanakan dengan dua sesi, pertama pada Jum’at (17/10) malam ba’da Isya dan sesi kedua Sabtu (18/10) pagi.
Peringatan Maulid Nabi tersebut turut menjadi momen silaturahmi jamaah MPTT se-Indonesia. Selain itu, jamaah MPTT juga turut berziarah ke Makam Ulama Shufi sekaligus Mursyid Tareqat Nagsyabandi Khalidiyah, Alm Abuya Syekh H. Muhammad Muda Waly di pesantren Darussalam Labuhanhaji Barat.
Dalam kegiatan tersebut juga dilaksanakan pembagian buku kepada sebagian undangan. Buku tersebut merupakan karya Prof. Dr. Rubaidi M.Ag, Dr. H. Syaifuddin M.Pd.I dan Budi Handoyo M.H
Buku berjudul “Menghidupkan Kembali Khasanah Klasik Tasawuf Aceh” tersebut berisi tentang potret Abuya Amran Waly Al Khalidi dan pemikiran di tasawuf kontemporer.
Ikut hadir dalam maulid MPTT-I Syekh Dr. Rohimuddin Nawawi Al-Bantani sebagai penceramah, serta KH. Ansari Abbasi Al-Makassari, Abu Syukri Daud Pango, dan para pimpinan pesantren lainnya.
Sementara dari kalangan pemerintah hadir Pj Gubernur Aceh yang diwakili Kepala Dinas Badan Dayah Aceh H. Irwan, Pangdam IM Aceh diwakili Kesrem Teuku Umar, Danrem Teuku Umar diwakili Dandim Aceh Selatan, dan Kapolres Aceh Barat AKBP Andi Kirana.
Ketua PB MPTT-I Abi Sahal Tastari Waly dalam kegiatan tersebut turut membacakan makalah Mursyid Tareqat Naqsyabandi, Abuya Syekh H. Haji Amran Waly Al Khalidi.
Sementara Pj Gubernur Aceh yang diwakili H. Irwan dari Dinas Badan Dayah Aceh dalam sambutannya berharap, peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan setiap tahun hendaknya menjadi wahana mengkaji dan menggali keteladanan secara komprehensif Nabi Muhammad SAW.
“Kami ingin menyampaikan bahwa dalam rangka mewujudkan cita-cita bersama menuju Aceh bermartabat yang diridhai Allah SWT dalam seluruh aspek pembangunan baik agama, pendidikan, ekonomi, sosial kemasyarakatan, politik maupun aspek-aspek lainnya, maka tidak ada jalan lain bagi kita sebagai subjek Pembangunan, kecuali dengan meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad SAW,” ujarnya.(red/habaaceh)