Banda Aceh – “Kebersihan sebagian dari iman,” slogan yang diambil dari salah satu hadis Nabi Muhammad Saw itu tidak lagi awam di dengar. Apalagi, tulisan itu sering terpampang jelas di berbagai lokasi, seperti ruang publik, sekolah, termasuk lingkungan dayah atau pesantren.
Sebagai tempat untuk menimba ilmu agama, sudah seharusnya pesantren atau dayah menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), hal itu juga merupakan salah satu anjuran Nabi Muhammad SAW.
Salah satu pola hidup sehat yang penting diterapkan di lingkungan dayah atau pesantren yakni dengan adanya sarana sanitasi dasar yang memadai. Sebab, sanitasi merupakan sarana yang tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari santri.
Jika berpatokan pada Peraturan Menteri kesehatan RI Nomor 2269/Menkes/PER/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan PHBS, ada tujuh indikator PHBS yang perlu diterapkan di lingkungan dayah atau pesantren, yaitu mencuci tangan menggunakan sabun, mengonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan jamban sehat dan membuang sampah di tempat sampah.
Kemudian, tidak merokok, tidak mengonsumsi narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA), tidak meludah di sembarang tempat dan memberantas jentik nyamuk, dan itu semua hampir seluruhnya berkaitan dengan pentingnya sanitasi.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh, dr Hanif, mengatakan pengelolaan sanitasi khususnya di dayah atau pesantren menjadi poin yang sangat penting untuk diperhatikan sebagai upaya menjaga kesehatan santri dan mencegah munculnya penyakit, baik penyakit menular maupun penyakit lainnya.
Begitu juga sebaliknya, apabila sanitasi di dayah atau pesantren tidak dikelola dengan bagus maka dipastikan bakal berdampak pada kesehatan santri yang sedang mengenyam pendidikan. Santri akan rawan mengalami sakit akibat virus dan bakteri jahat yang berkembang di lingkungan yang buruk.
“Pengelolaan sanitasi di dayah sangat penting dilakukan, tujuannya agar tidak terjadi penyakit seperti penyakit pencernaan, pernafasan, kulit dan virus DBD, asma, diare, gastritie, dan scabies yang diakibatkan oleh faktor lingkungan ataupun individu yang kurang baik,” kata dr Hanif, Sabtu (17/6).
Hanif menjelaskan, dalam upaya menciptakan sarana sanitasi yang baik perlu dilakukan upaya bersama antara pengelola dayah atau pesantren dengan petugas kesehatan masyarakat (PKM).
Upaya bersama tersebut bisa dilakukan dengan memberikan penyuluhan terkait kebersihan lingkungan, kesehatan lingkungan maupun kesehatan personal. Sehingga pihak dayah menjadi lebih peka dan memperhatikan sektor sanitasi bagi para santri.
Hanif tidak menampik bahwa butuh dukungan dari semua pihak untuk mewujudkan sanitasi yang bagus di lingkungan dayah atau pesantren. Di mana penyelenggara, wali santri dan pemerintah harus saling berkontribusi dalam menjaga kesehatan lingkungan dayah.
“Sehingga faktor resiko penyakit dapat dihindari atau dihilangi agar sehat dan produktifitas para santri dapat meningkat dalam menempa ilmu di pondok pesantren atau dayah,” ungkapnya.[Jol]