BERITA ONLINE TERVIRAL

Serikat Perusahaan Pers (SPS) Tolak Draft RUU Penyiaran, Minta DPR Tinjau Ulang

Oleh : AR Lubis    Editor : Redaksi    Kamis, 16 Mei 2024 - 15:44 WIB    Banda Aceh

Ketua Umum SPS, Januar P. Ruswita. (Foto: Humas SPS Pusat).

Ketua Umum SPS, Januar P. Ruswita. (Foto: Humas SPS Pusat).

Bagikan informasi Beritanya Via :
Bagikan informasi Beritanya Via :

0:00

FA News.id, Jakarta – Serikat Perusahaan Pers (SPS) menolak RUU Penyiaran yang sedang digodok oleh DPR RI. Organisasi yang didirikan oleh tokoh-tokoh dan pendiri perusahaan-perusahaan pers nasional 8 Juni 1946 ini menilai, ada beberapa pasal yang bermasalah dan berpotensi mengekang kemerdekaan pers serta melemahkan fungsi pers sebagai bagian dari pilar demokrasi. Untuk itu SPS meminta agar DPR melakukan peninjauan ulang  draft RUU Penyiaran.

“Kemerdekaan pers adalah bagian dari marwah pers nasional yang harus kita jaga bersama. Kami menganggap RUU Penyiaran ini mengancam kebebasan pers,” ujar Ketua Umum SPS, Januar P. Ruswita, Kamis (16/05/2024).

Baca Juga Artikel Beritanya:  Pengurus PWI Aceh Terperangkap Longsoran Lumpur di Lintas Galus-Agara

Adapun pokok-pokok pernyataan terhadap draft RUU Penyiaran dari SPS adalah sebagai berikut:

1. Draf RUU tentang perubahan atas UU Penyiaran (versi Maret 2024) yang beredar di masyarakat, dinilai mengancam kemerdekaan dan kebebasan pers.

2. Draf RUU Pasal 50B ayat (2) menyebutkan dalam panduan kelayakan Isi Siaran dan Konten Siaran memuat larangan penayangan eksklusif jurnalistik investigasi. Hal ini bertentangan dengan UU Pers pasal 4 ayat (2) yaitu terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran.

Baca Juga Artikel Beritanya:  Ketua FKPAI Aceh Raih Penyuluh Agama Islam Award Kemenag Aceh 2023

3.Draf RUU Pasal 8A ayat (1) menyebutkan bahwa KPI berwenang menyelesaikan sengketa jurnalistik khusus di bidang Penyiaran. Kemudian Pasal 42 ayat (2) menyebutkan bahwa penyelesaian sengketa terkait dengan kegiatan jurnalistik Penyiaran dilakukan oleh KPI sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal ini bertentangan dengan UU Pers pasal 15 ayat (2) huruf C tentang salah satu tugas Dewan Pers, yaitu memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers. Hal ini memperlihatkan adanya tumpang tindih kewenangan antara KPI dan Dewan Pers.

Baca Juga Artikel Beritanya:  Diduga Proyek Siluman, Pengerjaan Cuci Parit di Desa Kulim Jaya Tanpa Papan Informasi

4. UU Pers seharusnya menjadi rujukan bagi berbagai peraturan yang berkaitan dengan pers dan harus ada pelibatan Dewan Pers dan para konstituennya, serta komunitas pers dalam penyusunan draft RUU tersebut.

SPS menyatakan menolak draf RUU tentang perubahan atas UU Penyiaran serta meminta peninjauan kembali terhadap proses perubahan tersebut.

Dengan pernyataan SPS tersebut Januar menegaskan, “DPR RI harus mempertimbangkan ulang dan melibatkan lebih banyak pihak terkait, khususnya Konstituen Dewan Pers  dalam pembahasan RUU Penyiaran demi menjaga kebebasan pers di Indonesia,”Pungkasnya. (*)

https://id.spsindonesia.org/

FA News

Baca Juga

News

Dispora Aceh: Pramuka Berperan Penting Membentuk Karakter Generasi Muda

News

Kemendagri Bakal Tarik Biaya Akses NIK Rp1.000

Ekonomi

Menteri Teten Targetkan 10 UMKM Bisa IPO di Bursa sampai 2024

News

Kakanwil Buka Seleksi Gebyar PAI, Finalis akan Ikut Even Nasional

News

Yasonna Sapa Jajaran Kemenkumham, dari Sabang hingga Los Angeles

Daerah

Aktif Berkontribusi, Aceh Raih Peringkat 5 Anugerah Media Center Daerah Tahun 2022

News

Ombudsman Aceh Harapkan Arus Transportasi Orang dan Barang Berjalan Lancar

Daerah

Wali Kota Lhokseumawe Lantik 81 Pejabat