Headline Berita Hari Ini

Home / Uncategorized

Sabtu, 3 April 2021 - 13:19 WIB

Sosok Muadi Ali Petani Tegal yang 4 Anaknya Jadi Kolonel di TNI AU, AL dan AD, Lainnya Jadi Polisi

0:00

Sosok Muadi Ali (kanan) Petani Tegal yang 4 Anaknya Jadi Kolonel di TNI AU, AL dan AD

Inilah sosok Muadi Ali, petani asal Tegal yang empat anaknya sukses menjadi kolonel di TNI AD, TNI AL, dan TNI AU.

H Muadi Ali dan istrinya, Hj Siti Aisyah, tinggal di Desa Dukuhwaringin, Kecamatan Slawi, Tegal, Jawa Tengah.

Seperti dilansir dari Tribunjogja.com dalam artikel ‘Kisah Sepasang Petani Asal Tegal Jawa Tengah, 4 Dari 9 Anaknya Berpangkat Kolonel TNI’

Muadi Ali dan Siti Aisyah memiliki 9 orang anak, persisnya 6 putra dan 3 putri.

Berikut rangkuman fakta sosok Muadi Ali selengkapnya.

1. Empat anaknya jadi kolonel

Seluruh anaknya kini sukses mengabdi di pemerintahan, yang mana 4 di antaranya berkarir di dunia militer.

Salah satunya adalah Kolonel H Yudi Pratikno, yang berkarier di TNI AU.

Ia saat ini berdinas di Seskoau Lembang, Jawa Barat.

“Saat ini saya bertugas sebagai Perwira Penuntun di Seskoau,” ujar Yudi lewat keterangan yang diberikan pada Kamis (01/04/2021).

Selain Yudi, dua saudaranya yang lain juga berpangkat kolonel masing-masing di TNI-AD dan TNI-AL.

Dan satu lagi saudaranya ada yang menjadi Letkol Kowad.

2. Bukan dari kalangan berada

Ia menuturkan, kedua orangtuanya tersebut bukanlah dari kalangan berada.

Bahkan hanya lulus Sekolah Dasar.

Sehari-harinya mereka menggarap lahan pertanian di tempatnya menetap.

Meski begitu, keduanya menganggap pentingnya pendidikan bagi putra-putri mereka.

Hal itu diungkapkan oleh Yudi, di mana ia dan saudara-saudaranya dididik dengan tegas.

“Almarhum orangtua saya selalu mengajarkan soal kedisiplinan, tapi juga hidup sederhana,” kata anak ketiga ini.

3. Ada yang jadi perwira Polri

Benih yang mereka tanam kini menghasilkan buah yang sangat baik.

Adiknya pun yang saat ini berstatus sebagai Komisaris Besar di POLRI.

Lima lainnya berkarir sebagai Kompol, PNS TNI, dan dua terakhir berkarier sebagai guru.

“Bisa dibilang fenomena seperti ini langka, karena dalam satu keluarga ada 4 orang berpangkat kolonel,” ungkap Yudi.

4. Tanamkan prinsip sederhana

Kedua orangtua mereka sudah wafat 10 tahun lalu.

Baca Juga Artikel Berita nya   LP KPK Komda Aceh Dibawah Kepemimpinan Ibnu Khattab Lhoksedu Resmi Mendaftar ke Badan Kesbangpol Aceh

Namun jasa hingga jejaknya masih menetap di seluruh anak-anaknya, yang tak pernah melupakan tempat kelahiran mereka.

Yudi mengatakan ia dan seluruh saudaranya memegang prinsip hidup sederhana dan bersahaja.

Hal itu menjadi pesan yang selalu mereka ingat.

“Mereka mengajarkan kami untuk selalu mensyukuri apapun dan selalu memberi manfaat bagi orang lain,” ujarnya.

Yudi pun berharap kisah keluarganya ini bisa memotivasi para orangtua di luar sana.

Terutama dalam mendidik anak-anaknya agar menjadi lebih sukses ke depan.

Sosok Lisbeth Prajurit TNI AD Wanita Asli Papua

Sosok inspiratif lainnya adalah Lisbeth Duwith, prajurit TNI AD wanita asli Papua.

Perjuangan Lisbeth Duwith menjadi anggota Korps Wanita Angkatan Darat ( Kowad) disorot oleh istri Jenderal Andika Perkasa, Hetty Andika Perkasa.

Lisbeth berasal dari keluarga dengan latar belakang yang sangat sederhana.

Bahkan demi mengikuti seleksi Kowad, kakak Lisbeth harus berkorban demi mewujudkan cita-cita sang adik.

Namun, akhirnya perjuangan dan pengorbanan tersebut tak sia-sia.

Lisbeth Duwith telah resmi menjalani pendidikan sebagai siswi Secaba Kowad setelah lulus dari beberapa tahap seleksi.

Kisah perjuangannya dibagikan melalui tayangan YouTube TNI AD.

Berikut kisahnya dilansir dari sripoku.com dalam artikel ‘KISAH Kowad Asal Papua, Nekat Terobos Banjir Sedalam 5 Meter untuk Berangkat Seleksi Prajurit TNI AD’

1. Pernah gagal

Wanita yang berasal dari Kabupaten Sorong Selatan ini sempat gagal mengikuti seleksi Kowad dan baru berhasil di kesempatan berikutnya.

“Dua kali mendaftar, yang pertama reguler saya jatuh di pantohir daerah, kemudian saya mendaftar lagi ke jalur otus.

“Saya diarahkan langsung ke jalur otus, saya mengikuti seleksi otus sampe saya tembus pantohir daerah, saya diarahkan lagi lanjut ke pusat yaitu di Manokwari,” jelasnya.

“Di Manokwari saya mengikuti seleksi lagi sampai selesai, Puji Tuhan saya tembus,” tambahnya.

2. Ingin bertemu keluarga

Selama seleksi hingga menjalani pendidikan, Lisbeth ingin segera bertemu keluarganya

“Saya telepon sama orang tua, saya memberitahukan kepada mama sama kakak-kakak minta dukungan doa, selama Lisa untuk pendidikan supaya Lisa bisa menjalankan pendidikan dari awal sampai akhir berjalan baik dan tidak ada kendala apapun,” ungkapnya.

Baca Juga Artikel Berita nya   Pemerintah Aceh Umumkan Tender APBA 2021 Rp.2,4 Triliun

“Supaya Lisa bisa pulang untuk melihat mama, kakak-kakak dan adik Lisam,” tambahnya.

“Saya perasaan takut karena liat pertama dari atas tuh memang bener-bener tembak ini antara hidup dan mati, antara hidup dan mati karena mereka memakai munisi tajam,” ujarnya.

3. Perjuangan menjalani pendidikan

Perjalanan Lisbeth menjalani pendidikan Kowad ternyata tak mudah.

Ia harus berlatih merayap di bawah desingan peluru sungguhan.

“Disitu pas merayap dada saya sakit, jadi saya agak ketinggalan, tetapi dengan berusaha saya harus bisa saya merayqap, itu saya pegang senjata, M-16, kita merayap menggunakan senjata M-16 dengan ransel di belakang,” ujarnya.

“Sepatu dengan perelengkapan lengkap, itu saya merayap ketika dada saya sudah sakit saya angkat senjata untuk geser ke depan,” ungkapnya.

“Saya bilang gini ya Tuhan saya hidup atau mati nih Tuhan, karena munisinya di atas kepala saya,” tuturnya.

“Saya sudah tidak sanggup dan berusaha merayap sampe pembina saya ayo ayo, kamu pasti bisa dan pembina saya datang membantu saya dan memberikan semangat ke saya,” ungkapnya.

“Dari situ saya berusaha merayap, pembina saya membantu saya karena dada saya sudah terlalu sakit, saya dibantu sama-sama dengan pembina kita merayap sampai di depan,” lanjutnya.

 

“Puji Tuhan kita dalam keadaan selamat, turun, ketika turun itu kita dilempari granat lagi,” tambahnya.

 

4. Ingin bayar kuliah kakaknya

Lisbeth berencana menggunakan gaji pertamanya sebagai anggota Kowad untuk membiayai kuliah kakaknya.

Hal ini lantaran sang kakak sebelumnya sempat mengalah agar uang kuliahnya dipakai untuk membiayai Lisbeth.

“Saya enam bersaudara, saya anak keempat yang nomor tiga kuliah tapi karena saya masuk anggota dia tidak jadi kuliah, karena hari itu gaji terakhir bapak saya yang pake,” ungkapnya.

Baca Juga Artikel Berita nya   Polda Aceh Gagalkan Penyeludupan 1 Kg Narkotika Jenis Sabu di Bandara SIM

“Tapi sebenernya gaji itu untuk kakak saya bayar semester,” tambahnya.

“Puji Tuhan kalo saya lolos nanti saya yang biayai kakak sama adek-adek,” ungkap Lisa.

“Pertama saya mau berangkat ke kota Sorong dari Kabupaten Sorong Selatan mama mengambil gaji bapak, gaji terakhir bapak sebesar 3 juta,” ungkapnya.

“Setelah itu tabrakan dengan kakak, karena pada hari itu kakak harus membayar semeseter yang untuk lanjut, tetapi ketabrakan karena saya harus hari itu juga berangkat, harus membawa uang karena di kota sangat membutuhkan biaya contohnya administrasi dan berkas-berkas yang harus difotokopi,” jelasnya.

“Dari situ saya berjanji kalo saya bekerja nanti saya bantu kakak untuk kuliahnya,” tuturnya.

5. Terjang banjir

Ketika seleksi Kowad, tekad Lisbeth sempat diuji oleh alam.

Hujan besar membuat Kota Sorong banjir saat itu.

Padahal, Lisbeth akan melaksanakan Pantukhir.

“Pas pantohir daerah malamnya tuh hujan di kota Sorong, hujan besar dan di bawahnya tuh banjir, saya berenang keluar dari kamar karena arus kencang, pikul barang berenang keluar, airnya setinggi 5 meter,” jelasnya.

6. Disorot Istri Jenderal Andika Perkasa

Kala itu ibu Hetty Andika Perkasa sempat berbincang dengan Lisa.

“Pas berangkat banjir pake duit kakaknya, aduh lengkaplah sudah itu,” ucap ibu Hetty.

“Jadi gimana dong bayar hutang ke kakaknya itu?,” tanya Hetty/

“Siap kalo sudah punya gaji,” jawab Lisa.

“Berapa utangmu?,” tanya Hetty.

“Siap 3 juta,” jawab Lisa.

“Uhh banyak sekali 3 juta, tapi nanti kan gajian, hari ini pengukuhan, besok pelantikan jadi sersan dua Lisbeth,” ungkap Hetty.

“Wah, gaji pertama udah langsung bisa bayar hutang kakaknya, terimakasih pada papa mamanya, karena doa papa mamanya Lisabeth dan Lisabeth bisa sampai di sini kan,” ungkap Hetty.

Untuk selanjutnya calon Kowad tersebut akan ikut Kecabangan.

“Jadi Kowad-kowad yang membanggakan, membanggakan Papua, membanggakan Indonesia, jadi bukan hanya saya yang bangga, saya bangga, Papua bangga, Indonesia bangga,” ucap ibu Hetty.

 

Sumber : SURYA.co.id

Baca Juga

Uncategorized

Aggota DPRK Aceh Besar Fahrizal AMd dan PGRI Aceh Besar Menyalurkan Paket Ramadhan 

Uncategorized

Disbudpar Aceh Gelar Khanduri “Ie Bu Peudah”

Uncategorized

Kakanwil: Sebagai Agen Perubahan Mahasiswa Harus Kedepankan Moderasi Beragama

Uncategorized

Gubernur : Perkenalkan Adat Aceh Melalui Platform Digital

Uncategorized

Hadiri Konferensi Ke IX IGTKI-PGRI Aceh Besar, Ini Kata Rahmah Abdullah

Uncategorized

Gubernur Aceh Harapkan Alumni Ma’had Daarut Tahfidzh Al Ikhlas Terus Syiarkan Ajaran Islam

Uncategorized

Gubernur Aceh Terima Audiensi Hakim Agung RI

Uncategorized

Bidkom Satgas Covid-19 Aceh Ajak Satgas di Daerah Masifkan Sosialisasi Pencegahan Covid-19